Pasar Gede Solo, malam berhiaskan lampion tahun baru imlek
Ada sesuatu yang berbeda di pasar Gede Solo malam itu. Pemandangan pasar Gede yang pada malam hari biasanya sepi, kini berubah menjadi sangat ramai. Hal itu dikarenakan adanya hiasan pernak-pernik Imlek berupa ratusan lampion yang terpasang pada sepanjang jalan di daerah pasar yang menjadi pasar tertua di kota Solo ini.
Seperti biasa, kegiatan di akhir pekan, saya mengunjungi kota Solo untuk beberapa keperluan. Salah satunya untuk mengurus berkas di salah satu gereja Katolik yang berada disana, selain itu tentunya saya ingin berwisata kuliner di Kota yang terkenal dengan makanan khas nasi liwetnya ini.
![]() |
Lampion di depan pasar Gede Solo |
Setelah menyelesaikan keperluan saya di gereja, saya pun memutuskan untuk berwisata kuliner sambil menghabiskan malam di kota Solo. Tujuan awal saya adalah ke warung Gudeg ceker yang letaknya tidak jauh dari gereja tempat saya mengurus berkas-berkas yang saya perlukan. Warung gudeg tersebut tidak lain adalah warung makan gudeg Bu Witri yang terkenal dengan menu gudeg cekernya yang nikmat.
Nah sebelum kuliner di warung gudeg ceker Bu Witri, rekan yang bersama saya, mengajak saya ke daerah pasar Gede Solo. Dia mengatakan bahwa disana ada hiasan lampion untuk menyambut hari raya Imlek yang akan jatuh pada tanggal 28 januari 2017 besok. Karena rasa penasaran saya akhirnya mengiyakan ajakannya, yakni mengunjungi Pasar Gede Solo.
Dari arah jalan Urip Sumoharjo sudah terlihat hiasan lampion yang berada di bagian atas jalan yakni di bagian depan pasar. Suasana di sekitar pasar Gede yang biasanya sepi kini berubah layaknya seperti malam pergantian tahun. Ruas jalan yang berada di samping pasarpun menjadi lahan parkir dadakan. Kami memarkirkan kendaraan kami di bagian samping pasar, disana sudah berjaga beberapa petugas parkir yang siap membantu menata kendaraan pengunjung yang hilir mudik.
Klenteng Tridarma Tien Kok Sie Pasar Gedhe
![]() |
patung ayam di depan Kelenteng Tridarma Solo |
Perhatian pertama saya tertuju pada sebuah patung ayam dengan ukuran yang cukup besar serta berhiaskan sinar lampu yang terletak di sisi sebelah kanan pasar. Patung tersebut berada di pinggir jalan menuju perempatan pasar Legi. Ternyata patung ayam itu berada di depan tempat peribadatan umat Konghuchu di daerah sekitar pasar Gede. Nama tempat itu adalah tempat peribadatan Tridarma Tien Kok Sie Pasar Gedhe Surakarta. Saya pribadi yang sering melintasi daerah ini malah baru sadar bahwa di dekat pasar Gede terdapat sebuah Kelenteng. Memang keberadaan kelenteng ini tidak lepas dengan banyaknya masyarakat etnis Thionghoa yang tinggal di daerah dekat pasar Gedhe dan sekitarnya. Maklum saja, saya dan beberapa pengunjung yang sering melintasi tempat ini tidak mengetahui keberadaan kelenteng tersebut. Bangunan kelenteng ini mungkin tidak terlihat pada siang atau sore hari dikarenakan ukurannya yang tidak terlalu besar dan letaknya di pojok jalan serta kondisi jalanan yang sibuk ditambah bagian di depannya sering digunakan sebagai tempat parkir kendaraan.
![]() |
Bagian depan dari Kelenteng Tridarma |
Kerena rasa penasaran saya masuk ke bagian depan, yakni di halaman dari kelenteng tersebut. Seorang bapak yang bertugas disana tersenyum ramah mempersilahkan pengunjung untuk berfoto di depan kelenteng yakni di depan wuwungan yang bagian atasnya penuh dengan perlengkapan sembahyang. Pada bagian tengah altar tersebut terdapat tulisan Tuhan YME dengan di bawahnya tulisan China serta terjemahannya dalam bahasa Inggris yakni God The Almigthy. Di bagian depan Kelenteng ini pula terdapat patung sepasang patung singa yang nampak sedang berjaga tepat di luar pagar. Sekedar informasi saja, dari beberapa sumber yang saya baca, ternyata adanya sepasang patung singa di depan sebuah kelenteng mempunyai sebuah arti. Bila kita perhatikan secara seksama sepasang patung singa itu memegang 2 benda yang berbeda. Singa jantan memegang bola api sedangkan singa betina memegang anaknya. Singa sendiri bagi masyarakat pemeluk Konghuchu dipercaya sebagai binatang dewa. Sepasang singa dipercaya dapat menghalau keinginan jahat makhluk lain sebelum memasuki area kelenteng.
Ratusan lampion di depan Pasar Gede Solo
![]() |
di depan pasar Gede Solo |
Setelah puas mengambil beberapa foto di Kelenteng Tridarma Tien Kok Sie Pasar Gedhe, saya pun menyusuri jalanan di depan pasar Gede Solo. Pada malam itu masyarakat tumpah ruah di jalan sehingga menjadikan lalu lintas sekitarnya menjadi macet. Tua, muda bahkan anak-anak memadati area sekitar pasar gede Solo. Pikir saya, ini imleknya masih beberapa hari lagi, tapi kemeriahannya sudah terasa mulai sekarang. Menyusuri jalanan di sekitar pasar Gede Solo saya menemukan banyak penjual kaki lima, baik itu penjual makanan maupun penjual mainan anak-anak dengan bentuk dan motif sesuai dengan pernak-pernik Imlek.
![]() |
mainan Barongsai mini yang di jual di sekitar pasar Gede Solo |
Mainan-mainan tersebut memiliki beragam bentuk, ada yang berbentuk naga, mainan dengan bentuk lampion serta beberapa berbentuk kincir yang didominasi dengan warna merah. Menurut penuturan salah seorang penjual mainan, mainan-mainan itu hanya dijual pada waktu-waktu tertentu misalnya pada saat hari raya Imlek, tahun baru, serta hari raya lainnya. Selain dapat menemukan penjual mainan pernak-pernik Imlek, saya juga menemukan penjual kue keranjang pada satu kios yang masih buka di sudut pasar Gede Solo. Ingat kue keranjang, mengingatkan saya pada salah seorang dokter yang bertugas satu ruangan dengan saya di tempat kerja. Dia selalu membawa kue keranjang di kantor apabila hari raya Imlek tiba. Jadi pengen makan kue keranjang :D.
![]() |
masyarakat tumpah ruah di jalanan sekitar pasar Gede Solo |
Tepat di depan pasar Gede Solo, lampion dengan ukuran besar tampak dengan rapi berjajar menghiasi setiap sudut bangunan. Tidak hanya itu, di bagian depan dari Pasar Gede juga dihiasi dengan atribut-atribut Imlek. Nampak beberapa orang yang suka akan kegiatan fotografi mengabadikan keindahan malam itu dari atas lantai 2, gedung yang berada tepat di depan pasar Gede Solo. Awalnya saya penasaran untuk melihat keindahan lampion dari lantai 2. Namun karena gerimis dan kami lupa untuk membawa jas hujan akhirnya saya mengurungkan niat saya dan segera mencari tempat yang teduh untuk beristirahat.
Tidak sampai setengah jam berteduh di salah satu sudut pasar Gede Solo, hujan berhenti, saya pun menuju ke tempat kuliner yang terkenal dengan gudeg cekernya yakni warung Gudeg Ceker Bu Witri. Di warung gudeg ini tiba-tiba rekan saya mengeluarkan sesuatu dari dalam tasnya....Eng...Ing..Eng...kue keranjang :D keinginan makan kue keranjang bisa terlampiaskan sebelum hari raya Imlek tiba.
Sampai di rumah di daerah Klaten tepat pukul 22:00, saya mendapat pesan melalui wa dari salah seorang rekan Blogger dari Banjarnegara. Dia juga memberitahukan bahwasanya di daerah pasar Gede sedang ada kegiatan fotografi yakni kegiatan Fotografi yang diadakan oleh Landscape Indonesia. Jadi beberapa orang yang sedang mengambil gambar di lantai 2 tadi adalah komunitas yang dimaksudkan. Itulah tadi pengalaman saya jalan-jalan di pasar Gede atau tepatnya di "depan" pasar Gede Solo.
Ini klentengnya depan pasar itu ya mas? :-)
BalasHapusPas ke sini cuma sebentar sih, waktu ikutan acaranya Fotokita
inggih mas:D umpek"an pokoke pas lewat sana, kmrn kog tidak ikut acara di Lippo mall mas?
Hapusbeberapa tahun yg lalu sempet meraskan kemeriahan imlek di solo, tapi gak pas imleknya sih :D
BalasHapussaya malah baru kali ini mas bisa jalan-jalan ke solo ngepasi ada hiasan imlek di daerah pasar gede :D
Hapus