mengunjungi candi sojiwan, prambanan klaten, cerita moral di relief candi

Candi Sojiwan. Menelusuri peninggalan peradaban Hindu-Budha di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta dan sekitarnya memang seakan tidak ada habisnya. Salah satu bentuk peninggalan peradaban Hindu dan Budha yang sampai sekarang masih bisa kita jumpai adalah bangunan Candi. Di wilayah Yogyakarta khususnya di daerah Prambanan terdapat beberapa candi yang menarik untuk kita kunjungi. Candi-candi tersebut beberapa ditemukan dalam kondisi rusak karena berbagai macam sebab seperti bencana alam, faktor cuaca dan ulah tangan manusia. Oleh karena adanya kerusakan di beberapa candi, berbagai upaya dilakukan untuk bisa mengembalikan keindahan candi seperti awal dibuat. Meskipun beberapa candi tidak bisa diperbaiki secara keseluruhan seperti dulu kala, upaya perbaikan candi yang dilakukan bertujuan untuk mengembalikan candi yang sudah rusak seperti pada bentuk utamanya. 

candi sojiwan, prambanan
Keindahan Candi Sojiwan


Berbicara mengenai candi yang sudah mengalami proses pemugaran, di Kabupaten Klaten terdapat sebuah candi indah yang berlokasi di perbatasan antara Kabupaten Klaten dengan Propinsi Yogyakarta. Candi tersebut bernama Candi Sojiwan. Candi Sojiwan secara administratif terletak di desa Kebondalem, kecamatan Prambanan, kabupeten Klaten, Jawa Tengah. Candi ini lokasinya tidak jauh dari Candi Ratu Boko dan hanya memerlukan waktu 10 menit perjalanan apabila rekan-rekan menggunakan kendaraan bermotor.

Rute ke Candi Sojiwan Prambanan Klaten

Di akhir pekan yang cukup cerah, saya bersama rekan saya yang berasal dari Solo berkesempatan untuk mengunjungi Candi Sojiwan di kecamatan Prambanan. Memang keinginan untuk mengunjungi candi ini sudah lama saya rencanakan, namun baru kesampaian di pertengahan april tahun ini. Agak kesulitan memang untuk bisa mencapai candi ini, pasalnya kita harus menyusuri jalan di tengah pemukiman warga yang berbelok, ditambah lagi tidak ada penunjuk jalan untuk bisa ke lokasi Candi Sojiwan memaksa saya harus menggunakan google map untuk bisa menemukan rute ke arah candi Sojiwan Prambanan. Untuk bisa mencapai candi Sojiwan, apabila dari jalan Jogja-Solo tepat pada gapura perbatasan Propinsi Jawa Tengah dan Propinsi Yogyakarta, di sisi selatan rekan-rekan akan menemukan sebuah gang kecil. Ikuti jalan di gang tersebut melewati perlintasan kereta api. Lurus saja sampai menemukan pertigaan di tengah desa lalu belok kiri melewati area persawahan. Di sisi kanan nanti akan dapat kita lihat Candi Sojiwan yang nampak berdiri di tengah area persawahan. Untuk bisa sampai di sini rekan-rekan juga bisa memanfaatkan jasa becak yang bisa kita temukan di masjid besar di selatan candi Prambanan. Banyak juga wisatawan yang memanfaatkan jasa becak ini untuk sampai di lokasi candi Sojiwan.

Gedung Museum di area Candi Sojiwan


Untuk bisa memasuki area Candi Sojiwan kita harus membayar biaya masuk sebesar  Rp.5.000;. Sedangkan kendaraan bermotor bisa diparkirkan di halaman milik warga yang sudah disulap sedemikian rupa sehingga bisa digunakan sebagai tempat parkir dengan dilengkapi bangunan semipermanen. Memasuki area Candi Sojiwan kita akan dihadapkan pada area yang sangat bersih serta sangat terawat. Beberapa pohon besar masih dibiarkan tumbuh di sekeliling candi sehingga menambahkan kesan asri di area ini. Sekilas candi ini mirip dengan candi peninggalan agama Budha karena pada bagian utama yakni bagian puncak dan sekelilingnya dihiasi beberapa stupa kecil. Bangunan berbentuk stupa seperti yang kita ketahui adalah ciri khas dari bangunan dari agama Budha seperti halnya di Candi Borobudur. Namun anggapan saya ternyata salah. Candi Sojiwan merupakan Candi Peninggalan agama Hindu yakni berasal dari salah satu Dinasti kerajaan Mataram Kuno abad ke VIII sampai X masehi.

Bangunan utama Candi

Tidak ingin berlama-lama membuang waktu, saya pun mengelilingi bangunan utama dari Candi Sojiwan. Bangunan utama dari Candi Sojiwan menghadap ke sisi barat. Hal ini ditandai dengan adanya pintu masuk yang menghadap ke barat ditambah lagi dengan adanya arca Gupala pada barat pintu masuk yang saat ini hanya tersisa satu serta tidak utuh lagi karena mengalami beberapa kerusakan. Bangunan utama ini terlihat menjulang dengan ketinggian 27 meter dan di bagian puncak terdapat mahkota berbentuk stupa yang merupakan stupa terbesar dari keseluruhan bagian candi. Sebelum masuk ke dalam bagian candi Sojiwan kita akan menemukan sebuah patung makara tepatnya pada tangga di sisi kanan. Umumnya terdapat sepasang makara pada pintu masuk bangunan candi, namun yang saya temui pada Candi Sojiwan hanyalah sebuah makara, dimungkinkan salah satu makara rusak dan diganti dengan batuan polos tanpa ukiran untuk mengganti bagian yang hilang atau rusak.

candi sojiwan, prambanan
Bangunan utama candi sojiwan

Masuk ke dalam bangunan utama Candi Sojiwan, kita akan menemukan ruangan yang cukup besar dan disana terdapat beberapa relung-relung kosong yang dulunya kemungkinan sebagai tempat untuk menaruh arca. Menurut salah satu bapak petugas yang berjaga di pos pengamanan, beberapa arca sengaja dipindahkan untuk menghindari terjadinya kerusakan. Di bagian tengah dari Candi Sojiwan terdapat teras yang dibangun melingkar sehingga kita bisa melihat keseluruhan bagian dari bangunan utama. Pada dinding candi kita bisa melihat beberapa relief seperti relief dengan bentuk sulur atau tumbuh-tumbuhan, relief  berbentuk hewan dan relief bergambar manusia. Dongeng dari Sojiwan, relief yang terpahat di bagian kaki candi merupakan ajaran moral agama Budha dalam bentuk fabel atau cerita binatang. Di teras ini pula kita dapat melihat keseluruhan bagian-bagian candi Sojiwan.

candi sojiwan, prambanan
Bagian atap Candi Sojiwan

Saya memilih duduk sejenak di teras candi dan mengabadikan beberapa gambar dengan kamera yang saya bawa. Nampak dari atas beberapa bagian candi masih dalam kondisi rusak seperti beberapa stupa dan perwara di sisi utara dan beberapa runtuhan bebatuan dengan jumlah yang sangat banyak tepatnya di sisi selatan candi Sojiwan. Konon batuan tersebut adalah reruntuhan candi Sojiwan yang ukurannya sama dengan Candi utama.

Sejarah berdirinya candi Sojiwan

Ada beberapa versi tentang tujuan didirikannya Candi Sojiwan. Pertama, Candi Sojiwan didirikan oleh raja beragama Hindu ditujukan untuk menghormati neneknya yang beragama Budha. Raja tersebut bernama raja Balitung, sedangkan neneknya bernama Nini Haji Rakyan Sanjiwana dan versi yang kedua adalah Candi Sojiwan dibangun oleh Rakai Pikatan dari Dinasti Sanjaya yang dipersembahkan kepada istrinya Pramodawardhani dari Dinasti Syailendra yang berbeda keyakinan sekitar pertengahan abad ke-9. Rakai Pikatan beragama Hindu, sedangkan Pramodawardhani beragama Buddha. Pembangunan candi ditujukan untuk menghormati dan memupuk kerukanan kehidupan beragama dalam masyarakat yang pada masa itu mayoritas beragama Hindu dan Budha, namun versi yang pertama adalah versi yang paling banyak diyakini kebenarannya mengingat cerita versi yang kedua merujuk pada sejarah Candi Plaosan, sebuah candi di utara candi Prambanan.  

Beberapa bagian candi yang belum dipugar
 

Upaya pelestarian dan pemugaran Candi Sojiwan

Upaya pelestarian dan pemugaran Candi Sojiwan sudah sejak lama dilakukan. Pencarian batu dan proses anastolisis akhirnya dapat direkontruksi kembali ke bentuk utama dari Candi Sojiwan. Dari proses tersebut, maka Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Jawa Tengah pada tahun 1996 memulai pemugaran candi utama Sojiwan. Pemugaran dari tahun 1996 sampai tahun 2006 sudah sampai ke bagian tubuh candi, namun karena terjadi bencana alam gempa bumi yang melanda Yogyakarta dan sebagian wilayah Jawa Tengah pada 27 mei tahun 2006 mengakibatkan tubuh candi mengalami keruntuhan. Tindakan penyelamatan setelah gempa tahun 2006 yakni dilakukan kembali pembongkaran candi dan dalam pemasangannya kembali menggunakan kolom. Kemudian batuan isian yang semula berasal dari batu putih kemudian diganti menggunakan isisan dari batuan andesit yang diperkuat dengan angkur besi. Nat-nat antar batuan isian diisi dengan hidrolik mortar. Untuk bagian tertentu dimana ada daya tarik isian antar batu diperkuat menggunakan bligon. Selama dalam proses pemugaran atau rekontruksi juga dilakukan penelitan arkeologi. Sampai saat ini penelitian telah menemukan struktur parit di sekaliling candi, struktur pagar halaman I di sisi sebelah utara dan sisi timur serta 2 candi perwara dan stupa yang sebagian telah direkontruksi. Mengingat rumitnya proses rekontruksi pada Candi Sojiwan, kita bisa membayangkan betapa majunya peradaban nenek moyang kita masa lampau, sudah bisa membuat bangunan candi sedemikian rupa tanpa menggunakan peralatan canggih seperti saat ini.      

Cerita relief di Candi Sojiwan yang sarat akan pesan moral

Salah satu sudut museum Arsitektur Candi
Puas berkeliling area candi Sojiwan, saya menyempatkan diri untuk mencari sedikit informasi di Museum Arsitektur Candi. Di Museum Arsitektur Candi, ada beberapa foto dokumentasi selama candi mengalami pemugaran dan rekontrusksi serta terdapat bagian-bagian dari candi Sojiwan yang sengaja disimpan disana. Disana pula terdapat setidaknya 7 relief yang terbuat dari batu putih berisi cerita nilai-nilai moral dari agama Budha yang menarik untuk kita ketahui. Cerita dari relief tersebut diantaranya :

Kisah burung berkepala dua : Seekor burung berkepala dua, salah satu kepala makan enak dan satu kepala lainnya dibiarkan begitu saja. Kepala satunya meminta makan namun ditolak dan dijawab oleh kepala lainnya tidak perlu karena nantinya akan masuk perut yang sama. Kapala tersebut marah dan makan makanan beracun dan matilah burung berkepala dua itu. Pesan ini mengingatkan kita untuk bekerjasa untuk kepentingan bersama, tanpa ada kerjasama yang baik maka usaha yang kita lakukan akan kurang baik hasilnya bahkan bisa saja menemui kegagalan" .   

Kisah buaya dan kera. Isteri seekor buaya meminta suaminya untuk menangkap seekor kera yang sedang duduk di sungai untuk disantap hatinya. Ia meminta suaminya melaksanakan kehendaknya . Suaminya tersebut berkata bohong kepada kera. Dia mengatakan sedang berbaik untuk mengantar kera tersebut ke seberang sungai yang banyak pohon buahnya. Kera itupun setuju lalu duduk di bagian atas buaya menuju ke seberang sungai. Di tengah perjalanan sang buaya mengutarakan maksud yang sebenarnya dari ajakannya itu. Mendengar hal itu sang kera dengan sukarela menyumbangkan hatinya untuk diserahkan dan dimakan isteri buaya. Namun hati yang diinginkan suami buaya tersebut berada di atas pohon, sang kera meninggalkan hatinya disana. Untuk itu sang buaya harus mengantarkan kembali kera untuk semerta merta mengambil hati yang ditinggalkannya :D. Sampai di tepi sungai si kera cerdik tersebut lalu meloncat dan pergi begitu saja. Pesan dari kisah ini menganjurkan kita supaya " Berusaha menjadi pandai agar tidak mudah ditipu".

Kisah Prajurit dan pedagang. Seorang prajurit yang berasal dari kerajaan mempunyai 2 orang sahabat yang satu adalah rekannya sesama prajurit sedangkan sahabat satunya adalah seorang pedagang. Prajurit itu siap melindungi sahabatnya apabila sahabatnya mengalami gangguan keamanan. Padagang juga berjanji akan menyerahkan hartanya apabila sahabatnya memerlukannya. Suatu hari prajurit itu ingin menunjukkan kepada isterinya kesetiaan mereka sebagai sahabat. Dia berpura-pura mendapat masalah dan terancam dapat dijatuhi hukuman yang berat. Hal ini disampaikan kepada kedua sahabatnya itu. Pedagang mengatakan bahwa ia tidak dapat berbuat apapun sedangkan prajurit mengatakan siap dengan pedang untuk melindunginya. Pesan yang disampaikan adalah : Sahabat seharusnya tanpa pamrih seperti si prajurit.

 relief di candi Sojiwan


Kisah wanita dan serigala. Seorang petani tua namun kaya raya memiliki isteri muda dan cantik. Isteri petani itu merasa tidak bahagia dengan suaminya. Suatu saat dia bertemu dengan seorang penyamun muda yang sering memuji kecantikannya, wanita tersebut sangat senang dengan pujiannya. Mereka berjalan bersama dan hendak menyeberang sungai. Di tengah jalan timbul watak jahat sang penyamun untuk menguasai harta si wanita. Atas usul penyamun, barang-barangnya diseberangkan dulu oleh penyamun dan dia tidak kembali untuk menjemput wanita tersebut. Si wanita akhirnya menyadari bahwa dirinya sudah tertipu. Pada suatu hari datanglah serigala datang dengan membawa suatu daging pada moncongnya. Melihat ikan yang banyak di sungai, dilepaskan daging yang ada pada moncongnya karena ia bermaksud menangkap ikan untuk dijadikan makanannya. Sementara ia bersiap-siap menangkap ikan, datanglah burung dan menyambar daging yang sudah dilepaskannya tersebut. Ikan-ikan yang semula banyak berkumpul di sungai akhirnya juga pergi semua. Pesan dari kisah ini mengajarkan kita agar tidak serakah dan mensyukuri apa yang kita punya.



Di tempat ini pula saya mendapatkan wawasan baru tentang bentuk candi yang bisa kita jumpai selama ini di wilayah Yogyakarta dan sekitarnya. Bentuk bangunan candi berawal dari bangunan kuil yang berada di India yang terbuat dari bambu. Terdapat 2 macam bangunan kuil bambu yakni wimana dan shikara. Kuil bambu ini kemudian dikembangkan menjadi bangunan batu atau candi. Candi dengan bentuk wimana banyak ditemukan di India selatan. Sedangkan candi dengan bentuk sikhara banyak dibangun di India utara. Di tanah Jawa, candi dengan bentuk Sikhara hanya dapat ditemukan di Dieng Wonosobo yakni candi Bima sedangkan candi Sojiwan sendiri merupakan candi dengan bentuk Wimana.    

keindahan candi sojiwan


Candi Sojiwan bagi saya pribadi merupakan candi yang cukup bagus dan sangat direkomendasikan untuk rekan-rekan kunjungi. Lokasinya yang masuk dan berjarak cukup jauh dari jalan raya membuat suasana di tempat ini cukup tenang. Areanya yang bersih dengan rerumputan hijau, tertata dengan rapi, serta dikelilingi area persawahan menambah daya tarik bagi para wisatawan yang jenuh dengan bisingnya kawasan perkotaan. Dengan mengunjungi candi ini kita juga dapat belajar tentang sejarah dan belajar tentang nilai-nilai moral yang diceritakan di beberapa relief candi. Berkaca pada tujuan didirikannya candi Sojiwan. Pada masa lampau sudah ada upaya untuk membina kerukunan hidup di tengah masyarakat dengan tujuan agar kehidupan masyarakat yang beragama Hindu dan Budha dapat berdampingan serta hidup harmonis. Nilai-nilai luhur yang patut kita jaga dan kita pupuk saat ini, agar kita tidak kehilangan identitas sebagai bangsa yang besar serta bangsa yang tidak lupa akan jati diri dan sejarah bangsanya sendiri.

Meskipun kecil  dan tidak sepopuler candi Prambanan atau Keraton Boko namun candi Sojiwan memiliki daya tarik tersendiri bagi rekan-rekan yang suka mengunjungi tempat-tempat wisata seni dan budaya. Jadi apabila rekan-rekan mengunjungi Candi Prambanan atau Candi Ratu Boko, tidak ada salahnya mampir sejenak mengagumi karya arsitektur bangsa Indonesia yang bermana Candi Sojiwan

10 Komentar untuk "mengunjungi candi sojiwan, prambanan klaten, cerita moral di relief candi"

  1. Apik mas, pelatarannya masih luas ternyata😍
    Candi yg gak terlalu gede gini malah cantik2 ya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. yoi mas...klaten punya hehehehe...visit klaten mas

      Hapus
  2. Btw aku malah nembe reti ki mas :D
    beda sama Boko ya ???

    BalasHapus
  3. untuk melihat candi ini apakah ada tarif utk wisatawan lokal dan asing?

    BalasHapus
    Balasan
    1. untuk wisatawan lokal 5 ribu mbak, untuk asing jika tidak salah kemarin 15 ribu.

      Hapus
  4. Setiap candi emang memiliki daya tarik sendiri, kok. Kan dalam menilai seni itu emang beda-beda tiap orang. Ehehe.

    Suka cerita yang monyet dan buaya. Semoga gak gampang ketipu. :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya mas, setiap candi tentu punya daya tarik tersendiri dan itu membedakan candi satu dengan candi lainnya...terimakasih sudah berkunjung

      Hapus
  5. Kisah wanita dan srigala, sungguh menarik dan penuh sarat makna. Tiket masuknya murah sekali,beda jika masuk ke candi prambanan yang begitu mahalnya.
    Saya orang klaten, justru belum pernah kesana.

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya mas...tiketnya pas buat saya hehehe....waaah eman lho mas..njenengan blm kesana...dkt prambanan...

      Hapus

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel