Candi Barong Prambanan, wujud pengharapan terhadap Dewi kesuburan
Candi Barong Prambanan-Yogyakarta. "Candi yang diatas sana itu namanya Candi Barong dek, lokasinya di atas bukit. Kalau mau kesana bisa lewat rute jalan mblusuk dari Candi Banyunibo ke timur lalu ikuti saja jalannya yang menanjak, atau adek lewat saja jalan arah SMP Prambanan Klaten lurus ke arah Spot Riyadi. Ikuti saja jalannya sampai menemukan papan penunjuk arah ke Candi Barong."
Candi Barong Prambanan |
Itulah obrolan singkat saya tentang dengan salah satu Bapak pegawai dinas purbakala yang saat itu sedang bertugas berjaga di loket pembelian tiket masuk tempat wisata budaya Candi Banyunibo. Memang saya sendiri mengetahui adanya Candi Barong ketika saya mengunjungi Candi Banyunibo. Menurut informasi yang saya peroleh, Candi Barong berlokasi tidak jauh dari Candi Banyunibo, oleh karenanya saya disarankan untuk mengunjungi Candi tersebut.
Rute menuju Candi Barong
Secara administratif Candi Barong berlokasi di Dusun Candisari, Desa Sambirejo, Kecamatan Prambanan, Kabupaten Sleman, DI Yogyakarta. Bila rekan-rekan dari arah Jalan Yogya - Solo bisa melalui rute Prambanan ke selatan. Dari arah Yogya, kita berbelok ke selatan tepat di pertigaan jalan di sisi selatan gapura - ikuti jalan tersebut sampai menemukan jalan yang menanjak - belok kiri melewati SMP Prambanan Klaten - sampai di pertigaan ambil kiri - ikuti jalan tersebut - sampai di pertigaan ( bila ke kiri ke arah Spot Riyadi ). Kita ikuti jalan yang ke kanan kurang lebih 1 km, kita sudah sampai di Candi Barong. Sebenarnya untuk bisa mencapai Candi Barong kita bisa saja melalui jalan di sisi timur Candi Bayunibo, namun rute tersebut cukup sulit dilalui dan menanjak, oleh karenanya bila rekan-rekan tidak suka dengan perjalanan yang sulit, bisa melewati rute yang telah saya sebutkan :D.
Candi Barong bukanlah satu-satunya peninggalan purbakala yang bisa kita temukan di daerah tersebut. Di daerah itu kita juga bisa menemukan area dengan banyak bebatuan yang nampaknya belum dipugar. Situs Purbakala tersebut terletak di sisi kiri sebelum tempat pemesanan tiket masuk Candi Barong. Setelah membayar biaya masuk sebesar Rp.5000; saya pun bergegas menuju ke arah bangunan utama Candi Barong.
Begitu mendengar Candi Barong, dalam pikiran saya terbersit sebuah Candi yang ukurannya tidaklah terlalu besar dan kondisinya tidak begitu terawat seperti beberapa situs purbakala lainnya yang biasa saya temukan di sekitar Kabupaten Klaten dan Kecamatan Prambanan. Namun dugaan saya ternyata tidak tepat. Candi Barong adalah sebuah Candi yang eksotis serta terawat dengan cukup baik yang lokasinya berada di atas bukit dengan pemandangan sekitar yang mempesona. Terletak pada bukit dengan ketinggian 199,27 meter di atas permukaan air laut, membuat Candi ini nampak megah apabila kita melihatnya dari area yang cukup jauh.
Sudah berasa di Hollywod |
Pintu masuk Candi Barong berada di sisi Selatan Candi, namun saya malah masuk halaman Candi dari arah utara, alhasil saya harus memutar palataran disisi utara Candi terlebih dahulu sebelum sampai di pintu utama. Maklum saja, ini adalah kunjungan saya yang pertama, jadi belum hafal tentang bagian-bagian dari Candi Barong. Area di sisi utara Candi merupakan pelataran yang ditumbui oleh rerumputan. Di beberapa sudut disediakan gazebo yang bisa pengunjung gunakan sebagai tempat berteduh apabila hari sangat panas atau ketika turun hujan ; D.
Sejarah Candi Barong
Bersumber dari info yang saya baca di papan informasi, Keberadaan Candi Barong diketahui berdasarkan catatan dari Belanda yang disusun oleh ROD pada tahun 1915. Dalam catatan Belanda tersebut, Candi Barong disebut sebagai Candi Sari Soro Gedug. Namun oleh masyarakat sekitar candi tersebut lazim disebut sebagai Candi Barong. Hal itu dikarenakan adanya sebuah dekorasi kala yang oleh masyarakat Jawa diidentikkan dengan Barongan.
Candi Barongan didirikan sebagai tempat bagi agama Hindu untuk memuja dewa Wisnu dan Dewi Sri. Dewa Wisnu merupakan salah satu Dewa dari Trimurti yang berkedudukan sebagai Dewa pemelihara. Sedangkan Dewi Sri merupakan salah satu cakti dari Dewa Wisnu, dianggap sebagai Dewi Padi dalam kehidupan masyarakat Jawa. Pemujaan kepada Dewa Wisnu dan Dewi Sri terkait dengan kehidupan masyarakat pada waktu itu yang sebagian besar menggantungkan hidupnya dari hasil pertanian. Oleh karena kondisi lingkungan yang tandus maka masyarakat sekitar berharap dengan melakukan pemujaan terhadap Dewa Wisnu dan Dewi Sri mendatangkan berkah berupa kesuburan dan hasil panen yang baik terhadap tanaman pangan yang mereka tanam di sekitar Candi Barong
Untuk upaya pemugaran Candi Barong sendiri sudah dilakukan sejak tahun 1987 dengan diawali dengan pemugaran candi di sisi utara. Sewaktu pemugaran tersebut banyak ditemukan benda-benda arkeologis. Ditemukan pula 9 kotak berbentuk bujur sangkar yang merupakan gambaran dari wastupurusandamala. Menurut Stella Kramisch kotak yang terletak di tengah merupakan tempat terkumpulnya potensi gaib yang menguasai alam semesta, sedangkan ke 8 kotak lainnya merupakan penjelmaan dari Dewa mata angin.
Candi Barong terbagi menjadi 3 bagian.
Hal yang membedakan candi Barong dengan candi-candi lainnya di daerah Yogyakarta adalah, selain candi ini berdiri di atas bukit yang cukup gersang Candi Barong mempunyai halaman atau pelataran yang cukup luas. Adapun 3 halaman atau tingkatan dari Candi Barong diantaranya:
Halaman pertama merupakan halaman berupa area rerumputan yang luas dan berbentuk persegi, area ini menurut salah satu petugas yang berhasil saya wawancarai, pada sore hari sering digunakan sebagai tempat untuk mencari rumput oleh warga sekitar Candi guna keperluan pakan ternak mereka. Namun karena saya berkunjung pada saat siang hari, saya tidak menemukan pencari rumput yang dimaksudkan.
Halaman kedua merupakan pelataran yang cukup luas serta tidak dijumpai bangunan. Di sisi timur terdapat pagar terluar yang pada saat ditemukan masih terkubur di dalam tanah. Di halaman kedua ini kita bisa melihat bekas-bekas bangunan berupa pondasi yang terbuat dari batu andesit. Bekas pondasi yang ada mirip dengan beberapa bagian di Candi Ratu Boko. Kemungkinan bangunan yang berdiri di halaman kedua merupakan bangunan yang terbuat dari bahan kayu dan sudah rusak karena dimakan oleh usia.
Halaman ketiga merupakan bangunan utama dari Candi Barong. Terdapat 2 buah Candi yang berukuran 8,18 x 8,18 meter dengan ketinggian 9,15 meter. Bila kita perhatikan kedua Candi tersebut berada pada posisi yang tidak simetris. Untuk masuk ke halaman ketika terdapat sebuah pintu atau gapura kecil yang berhiaskan ornament kala pada bagian atasnya. Ornament kala di bagian ini memiliki ukuran paling besar dibandingkan dengan ornament serupa di bagian lain dari Candi Barong.
Menurut informasi yang saya peroleh, Candi induk pada Candi Barong selesai dipugar pada tahun 1992. Pemugaran kemudian dilanjutkan dengan pemugaran talud dan pagar. Dalam proses pemugarannya ditemukan juga sejumlah penemuan arkeologis seperti dua buah patung Dewa Wisnu, dua bauh arca Dewi Sri, beberapa arca yang belum selesai dikerjakan dan sebuah arca dari Dewa Ganesha. Ditemukan juga kotak-kotak peripih yang terbuat dari batuan andesit. Di dalam kotak-kotak tersebut terdapat lembaran-lembaran emas serta perak. Pada lembaran emas terdapat goresan tulisan namun karena kondisinya rusak sehingga tidak bisa terbaca. Selain itu juga ditemukan pula sejumlah peralatan rumah tangga lainnya seperti guci, mangkuk keramik, mata kapak serta sendok.
Berada di Candi Barong mengingatkan saya pada pengalaman mengunjungi Candi Ijo. Memang kedua Candi ini memiliki beberapa kemiripan. Kemiripan pertama, sama-sama terletak di atas bukit, yang kedua adalah bentuk dari Candi utama Candi Barong yang berjumlah 2 Candi, hampir mirip dengan bentuk dari Candi Ijo yang merupakan 3 candi kecil yang berada di sisi barat dari Candi Utama. Di bagian Candi utama dari Candi Barong, kita akan dapat menemukan beberapa relief dengan hiasan berupa sulur menghiasi area di sekitar relung kosong yang di bagian atasnya terdapat hiasan kala seperti yang telah saya sebutkan. Relung-relung kosong tersebut konon digunakan sebagai tempat meletakkan arca Dewa Wisnu dan Dewi Sri.
Pada saat saya mengunjungi Candi Barong, hanya terdapat 3 orang pengunjung yang datang ke tempat ini. Hal tersebut sangat berbeda dibandingkan dengan candi-candi lainnya yang banyak dikunjungi. Dimungkinkan akses yang cukup sulit dan minimnya informasi serta publikasi membuat candi ini sepi pengunjung.
Candi Barong meskipun terletak di atas bukit serta memiliki akses yang sulit untuk dicapai namun saya rasa tempat wisata ini memiliki fasilitas pendukung yang cukup memadai. Di berbagai sudut telah disediakan beberapa gazebo yang bisa dimanfaatkan pengunjung untuk beristirahat, layanan informasi, toilet serta mushola. Hal yang perlu dibenahi oleh pengelola tentu saja area parkir, mengingat area parkir di tempat wisata ini masih sempit dan masih terbuat dari bangunan semipermanen. Harapannya dengan adanya fasilitas yang memadai dan dengan didukung sarana informasi serta publikasi yang cukup, masyarakat menjadi lebih mengetahui keberadaan candi ini dan dapat menumbuhkan minat untuk mengunjungi tempat-tempat wisata budaya lainnya.
Mengunjungi Candi Barong dan menelisik lebih dalam tentang sejarahnya setidaknya bisa membuka wawasan kita dan mengetahui rekam jejak kehidupan masa lalu nenek moyang kita, bangsa Indonesia. Meskipun berada di tanah yang tandus namun masyarakat pada jaman dahulu yang hidup di sekitar Candi Barong tidak lantas kehilangan akan pengharapan. Pengharapan akan kesuburan tanah, pengharapan akan hasil panen yang melimpah, semua dipanjatkan dengan ucapan syukur kepada Dewa Wisnu serta Dewi Sri sang dewi Padi dan Dewi Kesuburan.
Halaman kedua merupakan pelataran yang cukup luas serta tidak dijumpai bangunan. Di sisi timur terdapat pagar terluar yang pada saat ditemukan masih terkubur di dalam tanah. Di halaman kedua ini kita bisa melihat bekas-bekas bangunan berupa pondasi yang terbuat dari batu andesit. Bekas pondasi yang ada mirip dengan beberapa bagian di Candi Ratu Boko. Kemungkinan bangunan yang berdiri di halaman kedua merupakan bangunan yang terbuat dari bahan kayu dan sudah rusak karena dimakan oleh usia.
Halaman ketiga merupakan bangunan utama dari Candi Barong. Terdapat 2 buah Candi yang berukuran 8,18 x 8,18 meter dengan ketinggian 9,15 meter. Bila kita perhatikan kedua Candi tersebut berada pada posisi yang tidak simetris. Untuk masuk ke halaman ketika terdapat sebuah pintu atau gapura kecil yang berhiaskan ornament kala pada bagian atasnya. Ornament kala di bagian ini memiliki ukuran paling besar dibandingkan dengan ornament serupa di bagian lain dari Candi Barong.
Candi Banyunibo yang nampak dilihat dari pelataran Candi Barong |
Menurut informasi yang saya peroleh, Candi induk pada Candi Barong selesai dipugar pada tahun 1992. Pemugaran kemudian dilanjutkan dengan pemugaran talud dan pagar. Dalam proses pemugarannya ditemukan juga sejumlah penemuan arkeologis seperti dua buah patung Dewa Wisnu, dua bauh arca Dewi Sri, beberapa arca yang belum selesai dikerjakan dan sebuah arca dari Dewa Ganesha. Ditemukan juga kotak-kotak peripih yang terbuat dari batuan andesit. Di dalam kotak-kotak tersebut terdapat lembaran-lembaran emas serta perak. Pada lembaran emas terdapat goresan tulisan namun karena kondisinya rusak sehingga tidak bisa terbaca. Selain itu juga ditemukan pula sejumlah peralatan rumah tangga lainnya seperti guci, mangkuk keramik, mata kapak serta sendok.
salah satu sudut candi Barong |
Berada di Candi Barong mengingatkan saya pada pengalaman mengunjungi Candi Ijo. Memang kedua Candi ini memiliki beberapa kemiripan. Kemiripan pertama, sama-sama terletak di atas bukit, yang kedua adalah bentuk dari Candi utama Candi Barong yang berjumlah 2 Candi, hampir mirip dengan bentuk dari Candi Ijo yang merupakan 3 candi kecil yang berada di sisi barat dari Candi Utama. Di bagian Candi utama dari Candi Barong, kita akan dapat menemukan beberapa relief dengan hiasan berupa sulur menghiasi area di sekitar relung kosong yang di bagian atasnya terdapat hiasan kala seperti yang telah saya sebutkan. Relung-relung kosong tersebut konon digunakan sebagai tempat meletakkan arca Dewa Wisnu dan Dewi Sri.
Relung kosong, konon dahulu digunakan untuk meletakkan arca Dewa Wisnu dan Dewi Sri |
Pada saat saya mengunjungi Candi Barong, hanya terdapat 3 orang pengunjung yang datang ke tempat ini. Hal tersebut sangat berbeda dibandingkan dengan candi-candi lainnya yang banyak dikunjungi. Dimungkinkan akses yang cukup sulit dan minimnya informasi serta publikasi membuat candi ini sepi pengunjung.
ornament kala di pintu masuk teras ketiga |
Candi Barong meskipun terletak di atas bukit serta memiliki akses yang sulit untuk dicapai namun saya rasa tempat wisata ini memiliki fasilitas pendukung yang cukup memadai. Di berbagai sudut telah disediakan beberapa gazebo yang bisa dimanfaatkan pengunjung untuk beristirahat, layanan informasi, toilet serta mushola. Hal yang perlu dibenahi oleh pengelola tentu saja area parkir, mengingat area parkir di tempat wisata ini masih sempit dan masih terbuat dari bangunan semipermanen. Harapannya dengan adanya fasilitas yang memadai dan dengan didukung sarana informasi serta publikasi yang cukup, masyarakat menjadi lebih mengetahui keberadaan candi ini dan dapat menumbuhkan minat untuk mengunjungi tempat-tempat wisata budaya lainnya.
fasilitas di Candi Barong |
Mengunjungi Candi Barong dan menelisik lebih dalam tentang sejarahnya setidaknya bisa membuka wawasan kita dan mengetahui rekam jejak kehidupan masa lalu nenek moyang kita, bangsa Indonesia. Meskipun berada di tanah yang tandus namun masyarakat pada jaman dahulu yang hidup di sekitar Candi Barong tidak lantas kehilangan akan pengharapan. Pengharapan akan kesuburan tanah, pengharapan akan hasil panen yang melimpah, semua dipanjatkan dengan ucapan syukur kepada Dewa Wisnu serta Dewi Sri sang dewi Padi dan Dewi Kesuburan.
"Bagaimana, pembaca tertarik mengunjungi Candi Barong ??"
Baru tahu nama candinya. Banyak banget candi yang belum aku tahu mas. Dari tempatnya asik dan sepertinya ajak sahabat buat kesini cocok. Dan lebih cocok lagi kalau suasana sore alias ngabuburit ya, Mas, jadi bisa lebih santai, teduh juga :)
BalasHapusGak banyak yang datang ya. Atau yang tau juga belum banyak, gak seperti candi-candi ternama pada umumnya. Tapi dengan dituliskan seperti ini jadi tahu. Dan siapa tau banyak yang berkunjung juga nantinya.
Tiket masuknya masih terjangkau ya, Mas, jadi tahu informasi tentang candi barong mas. Semoga bisa mengunjunginya juga :)
Btw, ini tampilan baru ya, Mas..hehe
Baru suka blusukan di candi" kecil nie mas, sambil cari beberapa literaturnya di perpustakaan...ya harapannya bisa lebih mengenal peninggalan budaya yg masih bs kita jumpai :)
HapusSepertinya memang cocok dikunjungi sore hari mas, bagus bs melihat sunset...g kalah menarik dibandingkan candi ijo kog.
Beberapa kali ganti template, sepertinya memang template ini yang cocok mas, dengan sedikit dimodifikasi...terimakasih y mas Andi sudah berkunjung
Sebelum bisa kesana lumayan paling tidak sudah bisa baca-baca disini dulu, hehehe
BalasHapussambil belajar sejarah ya mas, jas merah :D
Hapusmungkin kurang promosi aja ya mas, jadi pengunjungnya masih sedikit. Lagipula jalan untuk menujun kesana jg agak susah. Jalannya memang sudah diaspal namun kondisinya jelek. Bisa dikunjungi kalo berkunjung lagi ke Jogja mas, bisa belajar sejarah dan budaya :D
BalasHapusDatangnya sore aja sambil lihat sunset hehehehe
aku pernah ke sini
BalasHapusyang gak asyik salah jalan lewat dari candi ijo ampun mak jalanna
padahal ada jalan yang lebih asyik dari candi sojiwan
eh btw yang pemandangan lihat candi banyunibo itu bagian mana ya
aku dulu gak nemu
Dari sudut barat pelataran Barong mas, bisa kelihatan candi banyunibonya..hehe...g recomended deh lewat timur banyunibo :D
Hapus